Lost time is never found again. (Benjamin Franklin)
Satu dialog tentang waktu
A : Apa yang kekal dalam kehidupan kita ini ?
B : Waktu. Waktu itu kekal. Karena waktu selalu ada dalam dimensi kehidupan manusia.
A : Ya, benar. Tapi apakah setiap detik, menit, jam, hari, bulan yang kamu lalui adalah sama dalam setiap rentang hidupmu ?
B : Tidak. Setiap unit satuan waktu itu selalu berbeda karena waktu selalu bergulir.
A : Ya. Waktu itu adalah kekal tapi sekali kamu kehilangan waktu kamu tidak bisa meraihnya kembali. Kamu memiliki waktu di masa depan, tetapi waktu di masa ini dan di masa lalu tidak akan pernah sama dengan waktu di masa depan. Setiap moment yang terjadi di masa sekarang dan di masa lalu tidak akan sama dengan moment yang terjadi di masa mendatang.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kehilangan waktu ? Saya mengalaminya, kamu mengalaminya, semua kita mengalaminya. Saya benar merasa tolol telah lalai dan membuang waktu saya. Waktu itu berharga. Ya saya tahu. Di bangku SD saya diajarkan kata-kata mutiara klasik “Waktu adalah uang”. Ya benar waktu adalah uang. Tapi buat saya waktu bukan uang. Waktu adalah mimpi, kesempatan meraih mimpi, mengukir mimpi. Membuang waktu sama halnya dengan membuang kesempatan meraih mimpi.
Berbicara tentang mimpi, saya dahulu pernah bermimpi menjadi seorang engineer. Kalo boleh dikatakan, sejak saya baru bisa mengucap kata, ketika saya ditanya tentang cita-cita saya mengatakan “Saya ingin jadi insinyur”. Ya itu saya ucapkan ketika saya berusia 5 tahun. 13 tahun kedepannya saya masih berucap hal yang sama “Saya ingin jadi insiyur”. Begitu besarnya keinginan saya untuk bisa diterima sebagai mahasiswa teknik. Saya benar-benar berusaha keras. Tidak satu waktupun saya sia-siakan. Belajar dan selalu belajar. Bahkan saya tidak tidur selama 2 hari karena terus belajar untuk mempersiapkan diri saya menghadapi ujian. Tuhanpun bekerjasama dengan saya. Saya pun lulus di PTN dan diterima sebagai mahasiswa Teknik. Langkah saya pun bergerak maju untuk mewujudkan mimpi menjadi engineer.
Namun karena satu ketololan saya memutuskan untuk keluar dari fakultas itu. Dan saya pun ada di fakultas psikologi. Hingga saat ini saya menghabiskan seluruh waktu saya di bidang ini. Menghabiskan waktu untuk belajar, menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas, menghabiskan waktu untuk kuliah, dan juga menghabiskan waktu untuk sekedar melupakan diri bahwa saat ini saya ada disini, di psikologi. Menjadi psikolog bukan cita-cita saya. Bahkan terpikirkan saja tidak. Tapi ya ini. Saya sudah membuat ketololan dan saya harus bertanggung jawab atas semua hal yang saya lakukan. Dan untuk sekedar “excuse” dari kebodohan yang telah saya lakukan, saya pun membuat suatu keyakinan diri bahwa “Psikolog itu hebat dan saya harus bisa menjadi seorang psikolog yang berguna untuk orang sekitar saya.” Sekilas itu rasanya hanya suatu kalimat harapan yang klise.. Tapi ya memang begitulah. Tidak ada keinginan yang lebih konkrit selain itu. Apakah saat ini saya menyesal. Jawabannya iya. Apakah saya selamanya akan terus menyesal. Jawabannya sudah tentu tidak. Hingga saat ini yang terus saya lakukan adalah mencari satu alasan kuat mengapa saya ada di psikologi dan menghabiskan waktu saya mempelajari psikologi. Menurut saya ini adalah hal penting. Apabila saya menemukan alasan ini maka saya yakin saya benar bisa menjalani “mimpi baru” saya ini dan tidak setengah hati dalam mendalaminya.
Saya sedikit curang dalam menjalani “mimpi baru” saya ini. Saya mencuri-curi kesempatan untuk tetap merasakan feel seorang engineer. Tapi itu hanya sementara saja. Karena otak saya sudah begitu “abstrak” dan “ruwet” dengan psikologi.
Dan sekarang saya merasa saya membuang semua waktu yang saya miliki. 24 jam dalam 26 bulan terkahir. Dan itu berarti saya telah membuang mimpi saya menjadi seorang engineer. Membuang waktu adalah membuang mimpi.
_dia_
_dia_
0 komentar:
Posting Komentar