Iri sekali saat itu. Saat melihat temanku begitu dekat dengan kakak laki-lakinya. Andai saja kakakku masih hidup, pikirku dalam hati. Aku merindukannya.
Masi terekam jelas di ingatanku. Saat dia tiba di pintu rumahku. Aku yang masih remaja berlari-lari memeluknya. Ternyata aku sangat merindukan kakak laki-laki ku yang sudah 4 tahun terakhir ini tinggal di Jakarta.
Dulu saat aku masih kecil, dialah yang selalu mengantar dan menjemput aku dan adikku ke sekolah. Saat dia tidak ada di rumah, aku sering memainkan gitarnya secara diam-diam sampai memutuskan senarnya dan pura-pura tidak tahu kalau dia sudah marah-marah karena senar gitarnya putus. Belum lagi stick drumnya yang aku jadikan pedang-pedangan saat bermain dengan adikku. Aku sudah lupa, lupa seperti apa bayang wajahnya yang marah saat itu.
Walaupun singkat sekali waktu ku bermanja-manja dengannya. Aku ingat saat aku diantar pulang naek motor oleh teman SMA ku, dia marah sekali. Dia bilang aku masih kecil, aku belum boleh pacaran. Sungguh konyol pikirku, karena aku dikatain masih anak-anak. Tapi aku senang sekali, aku senang karena ternyata dia sungguh menjagaku. Sepertinya dia cemburu melihat aku diantar pulang oleh orang lain.
Kepulangannya ke Medan memang sangat mendadak. Tepat tanggal 26 Desember 2004 dia sampai di Medan. Dalihnya ingin menghabiskan Natal dan Tahun Baru bersama, padahal biasanya dia menolak kalau disuruh pulang ke Medan.
Saat malam menjelang tahun baru tanggal 31 Desember, aku ingat sekali kami bercanda-canda sambil memasang tirai jendela rumah. Aku yang tubuhnya pendek tidak bisa menjangkau pengait yang ada di atas jendela, dan dia mengangkatku dengan tangannya yang kekar supaya aku bisa menjangkau pengait itu. Aku senang sekali rasanya,seperti terbang, dan dia mulai mengayun-ayunkanku di udara.
Teman-temanku iri padaku, karena punya kakak laki-laki yang baik dan tampan seperti kakakku. Yah tampan, karena banyak sekali wanita-wanita yang tergila-gila karena ketampanan kakakku itu. Pernah suatu malam dia curhat padaku kalau teman dekatnya yang dipercayanya malah merebut pacarnya, dia kesel sekali saat itu. Tapi dengan entengnya aku bilang. “Toh kakak punya banyak wanita yang lain kan buat dijadikan pacar baru.“ Kakakku hanya tertawa tapi aku tahu di balik tawanya dia sedih karena pacarnya selingkuh dengan sahabatnya. Dan malam itu kami duet bersama..
“Kau hancurkan hatiku, hancurkan lagi, kau hancurkan hatiku tuk melihatmu....
kau terangi jiwaku, kau redupkan lagi , kau hancurkan hatiku tuk melihatmu.. “
Tiga bulan bersama di tahun 2005 itu sangatlah indah. Belum pernah kurasakan aku sedekat itu dengan kakak laki-laki ku. Bermanja-manja dengannya, duduk bersama nonton tv saat malam minggu (janggal rasanya saat malam minggu dia rela menemaniku di rumah menonton tv J), makan bakso bersama di luar rumah, mendengarkan radio bersama sambil bernyanyi sekencang-kencangnya di kamarku, bersenda gurau bersama, belum lagi dia selalu membantu membersihkan rumah dan terkadang dia selalu menggantikan tugasku bersih-bersih rumah saat aku sedang banyak tugas dan ujian. Sweet bro..
Dan malam itu pun datang.
Aku tahu kakakku belum pulang ke rumah, aku dengar dia pergi reunian dengan teman SMA-nya, yah wajar pikirku selarut ini belum pulang ke rumah, apalagi sebentar lagi dia akan kembali ke Jakarta. Memang beberapa hari ini kakakku terlihat aneh, dia mendadak berkata kalau dia harus pulang, dia harus segera pulang, mungkin kembali ke Jakarta yang dimaksudkan olehnya.
Setelah berdoa, aku pun tidur, terlelap tanpa ada firasat akan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan malam itu. Tepat pukul 2 pagi 24 Maret 2005, terdengar suara gaduh di luar kamarku, tapi aku ingin tetap tidak terusik akan kegaduhan itu, hanya ingin tidur saja mungkin kakakku sudah pulang pikirku.
Tapi tidak, semakin lama semakin gaduh, aku pun bangun, dan aku melihat adikku sudah tidak ada di kamar bersamaku. Saat akan bangun keluar kamar, adikku masuk ke kamar dengan terisak-isak dan tangis yang luar biasa keras. Ada apa pikirku dalam hati. “Kenapa?" Kataku padanya. Dan dengan pelafalan yang tidak jelas karena sambil menangis dia berkata kakakku meninggal karena tabrakan.
Aku terdiam, seperti disambar petir saat itu, aku tidak tahu bagaimana airmata itu menetes begitu cepatnya keluar dari pelupuk mataku. Sakit, sedih, ingin berontak, marah, ingin berlari sejauh mungkin, berusaha meyakinkan pada diri ini hanya mimpi, tapi tidak. Aku sadar aku tidak mimpi. Aku berpelukan dengan adikku, kami menangis sejadi-jadinya berdua di kamar.
Rumahku ramai, ramai sekali. Semua orang datang, berlarian ke rumahku seakan tidak percaya pada berita yang baru saja mereka dengar, aku duduk terdiam di kamar kakakku, mencari-cari sosok yang ku sayangi di dalam kamar itu. Aku dengar bunyi ambulance di depan rumahku, yah itu dia. Itu dia sosok yang aku cari, aku berlari, tapi kakiku terhenti saat melihat mamaku jatuh berpelukan di lantai dengan papaku, semua orang mendekati mereka dan menangis bersama mereka.
Dan keluarlah dari ambulance itu 4 orang pria berpakaian putih mengangkat jenazah kakakku. Oh Tuhan, wajah tampan yang selalu menemaniku 3 bulan terakhir ini sekarang berganti dengan wajah dingin yang kaku dan hanya diam, tanpa senyum manis yang biasa ku saksikan setiap harinya. Aku tidak mendekatinya, aku menjauh, aku tidak sanggup pikirku.
Esoknya, aku melihat mamaku duduk lemas di hadapan jenazah kakakku, papaku menangis sambil memukul-mukul dinding rumah, seakan tidak terima anak lelaki semata wayangnya telah lebih dahulu darinya menjumpai sang pencipta. Padahal 3 hari lagi kakakku akan merayakan ulang tahunnya yang ke-24 tahun. Angka yang manis kataku dalam hati.
Ketika akan dimakamkan, banyak orang yang mengantarkan kepergian kakakku ke tempat peristirahatannya selamanya. Banyak orang yang sangat menyenangi kakakku dari yang anak-anak sampai yang tua pun ikut mengantarkan kepergian kakakku, dia adalah seorang yang sangat ringan tangan, sangat penolong, ramah, senyum pepsodentnya selalu hadir mewarnai hari orang-orang di sekitarnya, canda tawanya yang selalu menghibur orang lain, petikan gitar dan suara merdunya yang selalu terdengar setiap sore di sekitar rumahku, semua orang akan sangat merindukannya, tidak terkecuali aku.
Sampai saat aku menuliskan ini, aku masih sangat ingat, ketika terakhir kali aku begitu dekat dengannya, aku menata rambutnya dengan tanganku sendiri, saat itu dia akan ikut Audisi AFI. Konyol pikirku, tapi dia memang sangat senang menyanyi. Aku baru sadar, yah dia sangat tampan, kakakku sangat tampan, ditambah dengan tubuh atletis dan senyum pepsodentnya itu, sunggu perpaduan yang sangat sempurna. Pantas saja banyak wanita yang tergila-gila karenanya. Tidak ada yang bisa menggantikan sosoknya yang begitu berharga di hidupku.
Always have you in my heart brother. Miss you… L
Vera, 2011 J
0 komentar:
Posting Komentar